Bulan purnama yang terjadi pada tanggal 10 hingga 11 Juni 2025 benar-benar mencuri perhatian langit malam. Fenomena ini dikenal sebagai Strawberry Moon, dan tahun ini terlihat sangat istimewa karena posisinya sangat rendah di langit—yang terendah dalam hampir 20 tahun terakhir. Hal ini terjadi karena siklus alami orbit Bulan yang disebut major lunar standstill, yang hanya terjadi setiap 18,6 tahun. Saat posisi Bulan sangat rendah, warnanya pun tampak lebih hangat, seperti oranye keemasan, dan terlihat lebih besar dari biasanya.
Secara ilmiah, fenomena ini disebut supermoon, yaitu saat Bulan berada dalam fase purnama sekaligus berada di titik terdekatnya dengan Bumi (disebut perigee). Walau istilah “supermoon” bukan istilah resmi dalam astronomi, ini menggambarkan momen ketika Bulan tampak lebih besar dan terang dari biasanya karena jaraknya yang lebih dekat dengan kita. Nama ilmiahnya adalah perigee syzygy, yang berarti posisi sejajar antara Bulan, Bumi, dan Matahari saat Bulan berada di titik terdekatnya.
Kenapa Bulan tampak oranye atau merah saat muncul? Itu karena ketika Bulan masih rendah di langit, sinarnya harus menembus lebih banyak lapisan atmosfer Bumi. Proses ini menyaring cahaya biru dan membiarkan warna merah atau oranye bersinar lebih kuat—mirip dengan warna matahari saat terbit atau tenggelam. Selain itu, ada juga “ilusi bulan” yang membuat Bulan terlihat lebih besar saat berada di dekat cakrawala, padahal ukurannya tidak berubah sama sekali!
Menurut para astronom, Strawberry Moon kali ini sangat spesial karena menjadi bulan purnama terakhir sebelum titik balik musim panas (summer solstice) dan juga yang terendah dalam hampir dua dekade. “Ini adalah Bulan purnama terendah dalam 18 tahun,” ujar seorang ahli astronomi. Fenomena seperti ini bukan hanya indah untuk dilihat, tapi juga mengingatkan kita betapa luar biasanya alam semesta yang kita huni.
0 komentar
Posting Komentar